Film
Impression
Netflix

Selesai sudah saya menyaksikan serial Netflix bertajuk The Queen's Gambit. Sebuah serial yang mengangkat tentang permainan catur. Ya, catur. Permainan yang tadinya saya anggap membosankan, namun berubah setelah menonton acara ini.
Selain karena hype yang dibawanya, drama antara GothamChess alias Levy Rozman, Dewa Kipas alias Dadang Subur dan Grand Master Irene Kharisma Sukandar juga membuat saya semakin tertarik untuk mengenal catur lebih dalam melalui The Queen's Gambit.
Namun, faktanya, tidak banyak pesan yang dapat saya tangkap mengenai catur. Hanya saja, adalah ya sedikit-sedikit pengetahuan yang bertambah setelah menyaksimal setial yang dibintangi Anya Taylor-Joy sebagai Elizabeth Harmon ini.
Yang paling berkesan mengenai catur dari The Queen's Gambit adalah ternyata strategi untuk mengalahkan lawan itu ada banyak banget, punya pola serta harus direncanakan dengan sangat baik setiap langkahnya.
Sebelumnya, saya kira main catur itu ya hanya soal memakan bidak atau pion saja. Semain banyak yang dimakan, maka kemungkinan menang bakal tambah besar. Namun, dari yang saya tangkap setelah menyaksikan Limited Series dari Netflix ini, proses makan-memakan pion itu juga bisa dijadikan jebakan untuk mengecoh lawan.
Wow, ternyata catur serumit itu, ya.
Oh, kemudian yang menurut saya momen yang bisa dijadikan pelajaran dari serial ini adalah belajar itu bisa dari siapa saja dan tidak pandang tempat. Seperti Elizabeth atau Beth yang diajarkan main catur oleh Mr. Shaibel, seorang petugas kebersihan asrama yatim piatu, yang diperankan oleh Bill Champ.
Pada serial yang mengambil latar belakang dunia antara tahun 1950 sampai 1960an ini juga ditampilkan bahwa kehebatan seseorang dalam suatu bidang atau karir itu tidak lepas dari dukungan orang-orang di sekitar, khususnya keluarga dan sahabat.
Andaikan saja sang ibu angkat Beth, yaitu Alma Wheatley, yang diperankan oleh Marielle Heller, tidak mendukung keputusan Beth dalam mengikuti pertandingan catur pertamanya, mungkin karir Beth di catur tidak akan segemilang yang akhirnya dicapai.
Kemudian, rangkaian peristiwa buruk yang terjadi dalam hidup, mungkin itu adalah cara Tuhan Yang Maha Esa untuk membimbing kita ke nasib yang lebih baik lagi.
Untuk menempa baja yang kuat, diperlukan api yang sangat panas.
Begitu juga dengan hidup, apabila tidak ditempa dengan pengalaman yang keras, maka seseorang tidak akan bisa berkembang melampaui kemampuan terbaik yang dimilikinya.
Yang membuat saya semakin terkesan dengan serial ini adalah hadirnya kejadian-kejadian yang dianggap sepele pada awal episode, yang mungkin tidak berkesan lah, tapi hal tersebut menjadi sangat mengesankan ketika dikaitkan dengan fakta di beberapa episode akhir.
Mungkin itulah kesan saya setelah menonton The Queen's Gambit.
Jika kamu ingin berdiskusi tentang acara ini, silakan utarakan di kolom komentar, ya!
Netflix - Review The Queen's Gambit

Selesai sudah saya menyaksikan serial Netflix bertajuk The Queen's Gambit. Sebuah serial yang mengangkat tentang permainan catur. Ya, catur. Permainan yang tadinya saya anggap membosankan, namun berubah setelah menonton acara ini.
Selain karena hype yang dibawanya, drama antara GothamChess alias Levy Rozman, Dewa Kipas alias Dadang Subur dan Grand Master Irene Kharisma Sukandar juga membuat saya semakin tertarik untuk mengenal catur lebih dalam melalui The Queen's Gambit.
Namun, faktanya, tidak banyak pesan yang dapat saya tangkap mengenai catur. Hanya saja, adalah ya sedikit-sedikit pengetahuan yang bertambah setelah menyaksimal setial yang dibintangi Anya Taylor-Joy sebagai Elizabeth Harmon ini.
Yang paling berkesan mengenai catur dari The Queen's Gambit adalah ternyata strategi untuk mengalahkan lawan itu ada banyak banget, punya pola serta harus direncanakan dengan sangat baik setiap langkahnya.
Sebelumnya, saya kira main catur itu ya hanya soal memakan bidak atau pion saja. Semain banyak yang dimakan, maka kemungkinan menang bakal tambah besar. Namun, dari yang saya tangkap setelah menyaksikan Limited Series dari Netflix ini, proses makan-memakan pion itu juga bisa dijadikan jebakan untuk mengecoh lawan.
Wow, ternyata catur serumit itu, ya.
Oh, kemudian yang menurut saya momen yang bisa dijadikan pelajaran dari serial ini adalah belajar itu bisa dari siapa saja dan tidak pandang tempat. Seperti Elizabeth atau Beth yang diajarkan main catur oleh Mr. Shaibel, seorang petugas kebersihan asrama yatim piatu, yang diperankan oleh Bill Champ.
Pada serial yang mengambil latar belakang dunia antara tahun 1950 sampai 1960an ini juga ditampilkan bahwa kehebatan seseorang dalam suatu bidang atau karir itu tidak lepas dari dukungan orang-orang di sekitar, khususnya keluarga dan sahabat.
Andaikan saja sang ibu angkat Beth, yaitu Alma Wheatley, yang diperankan oleh Marielle Heller, tidak mendukung keputusan Beth dalam mengikuti pertandingan catur pertamanya, mungkin karir Beth di catur tidak akan segemilang yang akhirnya dicapai.
Kemudian, rangkaian peristiwa buruk yang terjadi dalam hidup, mungkin itu adalah cara Tuhan Yang Maha Esa untuk membimbing kita ke nasib yang lebih baik lagi.
Untuk menempa baja yang kuat, diperlukan api yang sangat panas.
Begitu juga dengan hidup, apabila tidak ditempa dengan pengalaman yang keras, maka seseorang tidak akan bisa berkembang melampaui kemampuan terbaik yang dimilikinya.
Yang membuat saya semakin terkesan dengan serial ini adalah hadirnya kejadian-kejadian yang dianggap sepele pada awal episode, yang mungkin tidak berkesan lah, tapi hal tersebut menjadi sangat mengesankan ketika dikaitkan dengan fakta di beberapa episode akhir.
Mungkin itulah kesan saya setelah menonton The Queen's Gambit.
Jika kamu ingin berdiskusi tentang acara ini, silakan utarakan di kolom komentar, ya!
Kategori
Film
Posting Komentar