Pamali
Review Film
Review Film Pamali: Tumbal, Tuyul Naik Kelas!
Setelah sukses memfilmkan dua chapter sebelumnya, LYTO Pictures kembali
menyajikan horor lokal yang kali ini diangkat dari salah satu chapter paling
menyeramkan dalam game “Pamali: Indonesian Folklore Horror” besutan StoryTale
Studios. Bertajuk "Pamali: Tumbal", film ini disutradarai oleh Bobby Prasetyo,
dan membawa pendekatan yang jauh lebih tajam serta sinematis dibanding dua
pendahulunya.
Cerita kali ini menyoroti dua entitas gaib yang sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia—Tuyul dan Kuntilanak, tapi dengan pendekatan yang benar-benar baru. Jangan harap menemukan Tuyul kocak ala sinetron 90-an. Di sini, Tuyul tampil sebagai sosok menyeramkan yang siap mengubah paradigma tentang makhluk pencuri receh ini.
Keisya Levronka, yang dikenal publik sebagai penyanyi muda bertalenta jebolan Indonesian Idol 2019, menunjukkan performa yang menjanjikan sebagai aktris. Meski ini bukan debutnya di layar lebar, penampilannya kali ini terasa lebih matang, dengan emosi yang lebih terkontrol.
Fajar Nugra (dikenal lewat Satria Dewa: Gatotkaca) dan Ummi Quary (dari Losmen Bu Broto) tampil mencuri perhatian. Duet mereka memberikan warna tersendiri yang menyegarkan film ini, lewat celetukan dan momen komedik yang tidak berlebihan, namun tetap relevan dan “hidup” di tengah atmosfer mencekam.
Yang mengejutkan adalah Krishna Keitaro, aktor cilik yang sukses menghindari jebakan “akting anak-anak” yang biasanya kaku. Keitaro membawakan karakternya dengan sangat luwes—sebuah pencapaian langka bagi aktor seusianya.
Dan tentu, tidak bisa dilewatkan: Dominique Sanda, si Mbak Yul yang ikonik dari sinetron Tuyul dan Mbak Yul, kini tampil sebagai Kuntilanak Hitam—jenis paling ganas dari hierarki Kuntilanak yang diklasifikasikan berdasarkan warna: putih, merah, dan hitam. Transformasi Dominique di film ini bisa dibilang sebagai salah satu nilai jual nostalgia sekaligus kejutan besar.
Salah satu aspek paling solid dari film ini adalah musik latar dan scoring. Penggunaan soundscape yang efektif membuat suasana terbangun secara intens. Tidak sekadar tempelan efek jumpscare, tapi benar-benar dikurasi untuk membangun atmosfer horor yang menyusup ke tulang.
Penulis sendiri mengakui sempat terkejut hingga empat atau lima kali—sebuah indikasi bahwa elemen suspens memang disiapkan dengan matang.
Berbeda dari banyak film horor lokal yang seringkali terjebak pada eksposisi panjang, Pamali: Tumbal justru langsung menghantam dari awal. Tanpa basa-basi, penonton langsung dibawa masuk ke dunia penuh teror, dengan alur yang ditata rapi, naik turun emosi yang pas, dan klimaks yang tidak dipaksakan.
Durasi terasa cepat, bukan karena pendek, melainkan karena ketegangan yang konsisten dan minim distraksi. Ini adalah bentuk storytelling yang tahu persis tujuannya—menakut-nakuti, mengguncang, dan meninggalkan kesan.
Pamali: Tumbal tidak hanya menyajikan kengerian, tapi juga membawa pesan moral yang kuat tentang hubungan antara anak dan orang tua, khususnya ibu. Film ini mengingatkan bahwa berbakti kepada orang tua tidak perlu menunggu kaya, mapan, atau nanti-nanti. Kebahagiaan seorang ibu bisa dimulai hari ini—cukup dengan menuruti nasihat baiknya, menjalankan pesannya, dan menunjukkan kasih sayang yang tulus.
Jangan tunggu sampai orang tua jatuh sakit atau dalam kesulitan untuk menunjukkan bakti. Selagi masih ada waktu, berbuat baik dan membahagiakan mereka adalah bentuk cinta paling tinggi dari seorang anak.
Pamali: Tumbal tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 7 Agustus 2025, dan bagi penggemar horor sejati—atau siapa pun yang menyukai kisah mistis dengan makna mendalam—film ini adalah tontonan yang tidak boleh dilewatkan.
Cerita kali ini menyoroti dua entitas gaib yang sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia—Tuyul dan Kuntilanak, tapi dengan pendekatan yang benar-benar baru. Jangan harap menemukan Tuyul kocak ala sinetron 90-an. Di sini, Tuyul tampil sebagai sosok menyeramkan yang siap mengubah paradigma tentang makhluk pencuri receh ini.

Keisya Levronka, yang dikenal publik sebagai penyanyi muda bertalenta jebolan Indonesian Idol 2019, menunjukkan performa yang menjanjikan sebagai aktris. Meski ini bukan debutnya di layar lebar, penampilannya kali ini terasa lebih matang, dengan emosi yang lebih terkontrol.

Fajar Nugra (dikenal lewat Satria Dewa: Gatotkaca) dan Ummi Quary (dari Losmen Bu Broto) tampil mencuri perhatian. Duet mereka memberikan warna tersendiri yang menyegarkan film ini, lewat celetukan dan momen komedik yang tidak berlebihan, namun tetap relevan dan “hidup” di tengah atmosfer mencekam.

Yang mengejutkan adalah Krishna Keitaro, aktor cilik yang sukses menghindari jebakan “akting anak-anak” yang biasanya kaku. Keitaro membawakan karakternya dengan sangat luwes—sebuah pencapaian langka bagi aktor seusianya.

Dan tentu, tidak bisa dilewatkan: Dominique Sanda, si Mbak Yul yang ikonik dari sinetron Tuyul dan Mbak Yul, kini tampil sebagai Kuntilanak Hitam—jenis paling ganas dari hierarki Kuntilanak yang diklasifikasikan berdasarkan warna: putih, merah, dan hitam. Transformasi Dominique di film ini bisa dibilang sebagai salah satu nilai jual nostalgia sekaligus kejutan besar.
Salah satu aspek paling solid dari film ini adalah musik latar dan scoring. Penggunaan soundscape yang efektif membuat suasana terbangun secara intens. Tidak sekadar tempelan efek jumpscare, tapi benar-benar dikurasi untuk membangun atmosfer horor yang menyusup ke tulang.
Penulis sendiri mengakui sempat terkejut hingga empat atau lima kali—sebuah indikasi bahwa elemen suspens memang disiapkan dengan matang.

Berbeda dari banyak film horor lokal yang seringkali terjebak pada eksposisi panjang, Pamali: Tumbal justru langsung menghantam dari awal. Tanpa basa-basi, penonton langsung dibawa masuk ke dunia penuh teror, dengan alur yang ditata rapi, naik turun emosi yang pas, dan klimaks yang tidak dipaksakan.
Durasi terasa cepat, bukan karena pendek, melainkan karena ketegangan yang konsisten dan minim distraksi. Ini adalah bentuk storytelling yang tahu persis tujuannya—menakut-nakuti, mengguncang, dan meninggalkan kesan.
Pamali: Tumbal tidak hanya menyajikan kengerian, tapi juga membawa pesan moral yang kuat tentang hubungan antara anak dan orang tua, khususnya ibu. Film ini mengingatkan bahwa berbakti kepada orang tua tidak perlu menunggu kaya, mapan, atau nanti-nanti. Kebahagiaan seorang ibu bisa dimulai hari ini—cukup dengan menuruti nasihat baiknya, menjalankan pesannya, dan menunjukkan kasih sayang yang tulus.
Jangan tunggu sampai orang tua jatuh sakit atau dalam kesulitan untuk menunjukkan bakti. Selagi masih ada waktu, berbuat baik dan membahagiakan mereka adalah bentuk cinta paling tinggi dari seorang anak.
Pamali: Tumbal tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 7 Agustus 2025, dan bagi penggemar horor sejati—atau siapa pun yang menyukai kisah mistis dengan makna mendalam—film ini adalah tontonan yang tidak boleh dilewatkan.
Kategori
Pamali
Posting Komentar