Berita
Esports
Free Fire

Perjalanan panjang SMAN 5 Ambon akhirnya berbuah manis. Tim asal Maluku itu tampil sebagai juara baru Garena Youth Championship (GYC) 2025 Free Fire setelah mendominasi panggung Grand Finals di Pos Bloc Jakarta, Sabtu (29/11). Dengan raihan satu Booyah dan total 115 poin, mereka menutup turnamen pelajar terbesar Free Fire di Indonesia dengan catatan gemilang.
Kemenangan ini sekaligus membawa pulang hadiah dana pendidikan sebesar Rp30 juta dan beasiswa bebas uang pangkal serta SPP selama delapan semester di Universitas Ciputra. Tidak hanya itu, SMAN 5 Ambon mencatat sejarah sebagai tim sekolah pertama yang mendapatkan Golden Ticket menuju babak Play-ins Free Fire Nusantara Series (FFNS) 2026 Spring.
Berdasarkan siaran pers yang diterima, kapten tim, Josua Joelest Huka, menegaskan betapa pentingnya momen ini bagi dirinya dan rekan-rekannya. Ia mengungkapkan rasa bangga mewakili Maluku dan membayar kegagalan tahun sebelumnya. “Bangga sekali bisa menjadi juara mewakili Region Maluku di GYC 2025 Free Fire. Puji Tuhan, berkat usaha dan doa semuanya kami bisa menjadi juara,” ujarnya.
Performa SMAN 5 Ambon mengalami transformasi luar biasa. Setelah sempat terpuruk di peringkat ke-12 pada Grand Finals 2024 karena grogi dan miskomunikasi, mereka bangkit di 2025. Berawal dari City Qualifiers Kota Ambon, lanjut ke Regional Qualifiers menghadapi Papua dan Bali, hingga akhirnya kembali menginjakkan kaki di panggung nasional. Di tingkat regional, mereka tampil memukau dengan 127 poin dan tiga Booyah.
Kesuksesan itu tidak lepas dari dukungan komunitas Free Fire Ambon serta pendampingan intensif yang mencakup latihan teknis, kedisiplinan, hingga penguatan mental bertanding. Pelatih tim, Stefan Helyos Rikumahu, menekankan pentingnya menjaga fokus dan mental juara. “Tahun lalu megang HP saja kita gemetar. Jadi, apa pun hambatannya harus tetap fokus kepada target juara,” tegasnya.
Di panggung Grand Finals, SMAN 5 Ambon menunjukkan konsistensi sejak awal ronde. Memasuki ronde keenam mereka sudah mengantongi 94 poin, sebelum memastikan gelar juara lewat Booyah krusial di ronde ketujuh. Mereka unggul atas pesaing terdekat, SMKN 2 Palangka Raya, yang harus terhenti lebih awal. Total 115 poin—65 eliminasi, 50 placement points, dan satu Booyah—mengukuhkan status mereka sebagai tim sekolah Free Fire terkuat tahun ini.
Selain sang juara, seluruh finalis juga mendapat apresiasi berupa dana pendidikan total hingga Rp275 juta dan beasiswa dari Universitas Ciputra senilai Rp21 miliar sebagai bentuk dukungan terhadap masa depan para pelajar berprestasi.
Melalui GYC 2025 Free Fire, Garena kembali menegaskan pesan “Esports untuk Pelajar, Tanpa Lupa Belajar”. Turnamen ini, yang didukung Kemendikdasmen RI, Kemenpora RI, dan PB ESI, mewajibkan seluruh peserta memiliki nilai rapor minimal 65 sebagai syarat keikutsertaan. Ini menjadi pengingat bahwa prestasi esports harus berjalan sejalan dengan prestasi akademik.
Pada akhirnya, kemenangan bukan hanya soal mengangkat trofi, tapi juga bagaimana setiap proses mengajarkan kedisiplinan, keberanian, dan tanggung jawab. Sebab pendidikan—baik di sekolah maupun di medan pertandingan—selalu menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih kuat.
SMAN 5 Ambon Juara GYC 2025 Free Fire! Dapat Golden Ticket ke FFNS 2026 Spring

Perjalanan panjang SMAN 5 Ambon akhirnya berbuah manis. Tim asal Maluku itu tampil sebagai juara baru Garena Youth Championship (GYC) 2025 Free Fire setelah mendominasi panggung Grand Finals di Pos Bloc Jakarta, Sabtu (29/11). Dengan raihan satu Booyah dan total 115 poin, mereka menutup turnamen pelajar terbesar Free Fire di Indonesia dengan catatan gemilang.
Kemenangan ini sekaligus membawa pulang hadiah dana pendidikan sebesar Rp30 juta dan beasiswa bebas uang pangkal serta SPP selama delapan semester di Universitas Ciputra. Tidak hanya itu, SMAN 5 Ambon mencatat sejarah sebagai tim sekolah pertama yang mendapatkan Golden Ticket menuju babak Play-ins Free Fire Nusantara Series (FFNS) 2026 Spring.
Berdasarkan siaran pers yang diterima, kapten tim, Josua Joelest Huka, menegaskan betapa pentingnya momen ini bagi dirinya dan rekan-rekannya. Ia mengungkapkan rasa bangga mewakili Maluku dan membayar kegagalan tahun sebelumnya. “Bangga sekali bisa menjadi juara mewakili Region Maluku di GYC 2025 Free Fire. Puji Tuhan, berkat usaha dan doa semuanya kami bisa menjadi juara,” ujarnya.
Performa SMAN 5 Ambon mengalami transformasi luar biasa. Setelah sempat terpuruk di peringkat ke-12 pada Grand Finals 2024 karena grogi dan miskomunikasi, mereka bangkit di 2025. Berawal dari City Qualifiers Kota Ambon, lanjut ke Regional Qualifiers menghadapi Papua dan Bali, hingga akhirnya kembali menginjakkan kaki di panggung nasional. Di tingkat regional, mereka tampil memukau dengan 127 poin dan tiga Booyah.
Kesuksesan itu tidak lepas dari dukungan komunitas Free Fire Ambon serta pendampingan intensif yang mencakup latihan teknis, kedisiplinan, hingga penguatan mental bertanding. Pelatih tim, Stefan Helyos Rikumahu, menekankan pentingnya menjaga fokus dan mental juara. “Tahun lalu megang HP saja kita gemetar. Jadi, apa pun hambatannya harus tetap fokus kepada target juara,” tegasnya.
Di panggung Grand Finals, SMAN 5 Ambon menunjukkan konsistensi sejak awal ronde. Memasuki ronde keenam mereka sudah mengantongi 94 poin, sebelum memastikan gelar juara lewat Booyah krusial di ronde ketujuh. Mereka unggul atas pesaing terdekat, SMKN 2 Palangka Raya, yang harus terhenti lebih awal. Total 115 poin—65 eliminasi, 50 placement points, dan satu Booyah—mengukuhkan status mereka sebagai tim sekolah Free Fire terkuat tahun ini.
Selain sang juara, seluruh finalis juga mendapat apresiasi berupa dana pendidikan total hingga Rp275 juta dan beasiswa dari Universitas Ciputra senilai Rp21 miliar sebagai bentuk dukungan terhadap masa depan para pelajar berprestasi.
Melalui GYC 2025 Free Fire, Garena kembali menegaskan pesan “Esports untuk Pelajar, Tanpa Lupa Belajar”. Turnamen ini, yang didukung Kemendikdasmen RI, Kemenpora RI, dan PB ESI, mewajibkan seluruh peserta memiliki nilai rapor minimal 65 sebagai syarat keikutsertaan. Ini menjadi pengingat bahwa prestasi esports harus berjalan sejalan dengan prestasi akademik.
Pada akhirnya, kemenangan bukan hanya soal mengangkat trofi, tapi juga bagaimana setiap proses mengajarkan kedisiplinan, keberanian, dan tanggung jawab. Sebab pendidikan—baik di sekolah maupun di medan pertandingan—selalu menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih kuat.
Kategori
Berita
Posting Komentar